Karya terbaru!
Antosan sakedap...
Minggu, 03 November 2013

Rembulan Hanya Diam


Malam itu, duduk aku di antara kubangan kertas-kertas putih yang menghampar di atas meja tua di kamarku, aku mencoba menulis ungkapan kecil namun tak kuasa aku menghintung berapa lembar kuremuk dan kurobek, aku terbuai dalam lamunan bodoh tentang kehidupanku yang kurasa menyedihkan. Diselah lamunanku kutatap cahaya terang dibalik jendela kamarku, kubuka tirai usang yang menghalangi cahaya itu mampir.

Kulihat rembulan malam itu bersama cahayanya yang seolah menyapaku, dan ingin mengajakku bicara, aku kembali duduk dikursi lapuk depan meja tua milikku, kucoba menulis sesuatu yang akan kusampaikan pada rembulan itu, aku mulai merasa aneh dengan pikiranku, aku mulai mengingat dan menimbang hari-hari yang telah lalu.

Pernah aku dipaksa disiplin hingga aku lelah mengejar waktu, pernah aku dipaksa taat hingga membangkang jiwaku, aku tak mengerti kenapa hal itu terlintas dibenakku yang sudah lapuk dan usang ini. Aku merasa aku belum bebas dan masih terikat oleh benang-benang kusut yang menghambat kepakan sayapku.

Dulu bangsaku ini dijajah sekian lama, kini aku yang merasa terjajah di tengah-tengah bangsa yang katanya merdeka. pikiranku tak boleh mendalam, argumenku tak boleh bertentangan, do'aku dilarang berlainan.
Apakah aku harus terlahir sama, atau aku wajib menerima disama-samakan, nampaknya ini bukan aku. Dimana letak indahnya perbedaan.

Rembulan kenapa engkau begitu tenang meski bertahun-tahun kau hanya diam saja dan menerangi kami dikesunyian dan gelapnya malam?, Kenapa kau tak pernah mengikuti kehendak manusia disaat mereka ingin kau tak nampak dan mengharapkan mendung serta turun hujan, apa karena engkau sudah merasa merdeka dengan hanya diam saja.

Aku mulai gelisah dan berdiri sejenak, kenapa aku tidak menikmati keterpaksaan ini, katanya sih "agar bisa karena terbiasa" tapi aku tak ingin benang itu mengikat langkahku. AKu tak ingin lepas kendali ketika benang-benang itu putus karena merasa lepas, aku hanya ingin menikmati semua ini dengan biasa saja.

Rembulan aku ingin cahayamu itu sampai dilubuk hati ini agar tak kurasa gelap. Tapi aku takut dunia ini kiamat, ketika rembulan itu mulai mengucapkan kalimat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
+ Follow

Join on this site
with Google Friend Connect